Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada
anaknya.
' Bagaimana perjalanan kali ini?'
' Wah, sangat luar biasa Ayah'
' Oh iya' kata anaknya
' Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya
ayahnya.
Kemudian si anak menjawab. ' saya saksikan bahwa
kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.
Kita punya kolam renang yang luasnya sampai
ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan
mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.
Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan
mereka memiliki cakrawala secara utuh.
Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal
dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita,
tapi mereka melayani sesamanya.
Kita membeli untuk
makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.
Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan
kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.
Kemudian sang anak menambahkan ' Terimakasih Ayah,
telah menunjukan kepada saya betapa miskinnya kita.'
Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita
miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak
berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini
berdasarkan kepada cara pandang seseorang. Membuat kita bertanya apakah yang
akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih
kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir
untuk meminta lebih.
sumber:
http://www.ceritadanwarta.com/2010/10/anak-kecil-yang-pandai-bersyukur.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar